Tinjauan Faktor-Faktor Stress Kerja Pada PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk Cabang Makassar

Tugas Akhir / Skripsi - Faktor-faktor stres kerja pada karyawan PT. Garuda Indonesia
Di zaman kemajuan di segala bidang seperti sekarang ini menuntut manusia untuk mempunyai kinerja yang lebih baik. Peralatan kerja semakin modern dan efisien, dan di lain pihak beban kerja di satuan-satuan organisasi juga semakin bertambah sehingga menuntut energi karyawan lebih besar dari sebelumnya. Dampak dari fenomena ini adalah stres kerja yang meningkat. Beratnya tugas dan tantangan yang dihadapi seorang karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya memungkinkan munculnya tekanan yang dialami yang bersumber dari pekerjaan yang disebut sebagai stressor kerja.

Perilaku yang penulis amati merupakan sebuah fenomena empirik dari realitas yang ada. Penulis melakukan pengamatan kepada karyawan yang terlihat mengalami stres kerja pada saat pra-penelitian (magang). Dari hasil observasi yang penulis amati, penulis menyimpulkan bahwa stres kerja pada PT. Garuda Indonesia berdampak positif dan negatif, tetapi lebih dominan stres kerja pada perusahaan PT. Garuda Indonesia berdampak negatif.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, diperoleh informasi bahwa muncul peran dari perusahaan untuk memperhatikan setiap kondisi kejiwaan (stres) yang dialami oleh pekerjanya. Sebab itu penting bagi perusahaan         PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Makassar untuk memenuhi kebutuhan karyawan dan menciptakan kenyamanan kerja untuk mengurangi beban  stres. Stres kerja yang dialami oleh karyawan ditakutkan berdampak buruk bukan berdampak positif terhadap kinerja, sehingga usaha pencapaikan kinerja karyawan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk Cabang Makassar bisa terganggu. Sejalan dengan hal tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa stres dalam bekerja pada kantor PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk Cabang Makassar  pasti akan terjadi pada setiap karyawan/pekerja. Mereka mengalami stres karena pengaruh dari pekerjaan itu sendiri maupun lingkungan tempat kerja. Seseorang yang mengalami stres dalam bekerja tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Disinilah
dalam karakteristik pekerjaan sebagai karyawan di PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk Cabang Makassar  terdapat berbagai macam faktor-faktor  yang dapat menyebabkan stres (stressor kerja) yaitu :
1. Kondisi Pekerjaan
Beban pekerjaan yang berlebihan dapat dilihat melalui dua cara yaitu kualitatif dan kuantitatif. Pekerjaan yang berlebihan secara kualitatif terjadi ketika tuntunan fisik dari pekerjaan melebihi kemampuan karyawan, kelelahan mental atau fisik, burnout, atau bahkan overtime.

Berdasarkan hasil observasi dan informasi yang diperoleh bahwa   kondisi pekerjaan di PT. Garuda Indonesia  mengalami beban kerja, namun seperti overtime karyawan pada PT. Garuda Indonesia masih menganggap sebagai hal yang wajar dalam bekerja. Seperti pada pendapat Mba AT Divisi Ticketing (Rabu, 03/05/2017, 16:18) berpendapat bahwa : “Untuk beban kerja sendiri sih sejauh ini ya overtime lah sedikit, dan itu menurut saya wajar jika semua instansi atau perusahaan itu ada yang namanya overtime ya”

Hal ini didukung oleh pendapat salah satu karyawan yang menganggap semuanya seasonal,  pak VL Divisi Reservasi (Kamis, 04/05/2017, 13:19) menjelaskan bahwa :
“Untuk beban kerja seperti overtime ya kadang-kadang tapi itu seasonal ya tergantung, kendalanya seperti jika kekurangan SDM, atau pada saat fasilitas kantor yang lagi tidak bisa terpenuhi misalnya lagi rusak atau jaringan yang tidak stabil”

Terlebih pada divisi accounting karyawan pada divisi accounting sering sekali mengalami beban kerja kerja yang berlebihan. Hal ini didukung oleh pendapat salah satu karyawan pak JK pada Divisi Accounting (Kamis, 04/05/2017, 13:53) mengemukakan bahwa :
“Iya, Cuma tidak setiap hari, kalau overtime itu sudah wajar dibagian keuangan, karena volume pekerjaannya itu tidak pasti tergantung jadwalnya, sering kali kendalanya jika akhir tahun saat jadwal tutup buku, seperti saat saya harus meminta dana di Garuda Pusat harus diperhitungkan karena harus cukup selama satu bulan, jadi hal-hal yang seperti itu kadang membuat kita stres”

Dan pada general affair menurut observasi, kendala yang mereka alami saat detik-detik pemberangkatan haji karena harus mengurus perlengkapan seragam pramugari dan pramugara. Stres kerja sangat dipengaruhi oleh berapa lama karyawan tersebut berada pada perusahaan yang jabatan lumayan lama. Hal ini didukung oleh salah satu karyawan yang kurang lebih dua puluh tahun bekerja di  PT. Garuda Indonesia ibu SP Divisi General Affair (Rabu,03/05/2017, 15:53) menjelaskan bahwa :
“Di Garuda Indonesia kita sudah ada ketentuan dari kementrian, jika kita melebihi dari overtime tidak akan dibayarkan, sudah dibatasi, selama ini sih karyawan bisa menangani semua masing-masing pekerjaan, per karyawan harus mampu mengerjakan tugasnya tidak boleh lebih dari 8 jam jadi ada analisa untuk beban kerja, jadi overtime pun dari segi efisiensi lebih baik kita menambah person (orang) atau memperbanyak overtime, semuanya sudah dirapatkan oleh manager, sudah di batasi dan manajemen waktunya sudah ditentukan”

Dapat dilihat perbedaan pendapat karyawan PT. Garuda Indonesia Cabang Makassar dari segi lamanya berada diperusahaan tersebut. Karyawan yang telah lama bekerja di perusahaan PT. Garuda Indonesia mengaku sering mengalami stres kerja yang mengakibatkan burnout atau overtime pada umumnya seperti ibu SP, sedangkan karyawan yang kurang lebih lima tahun kebawah masih menganggap semuanya dalam batas normal namun tetap overtime itu ada seperti mba AT yang bekerja pada PT. Garuda Indonesia selama lima tahun. Tapi tak dapat dipungkiri bahwa beban kerja yang berlebihan dilami oleh beberapa karyawan uatamanya divisi accounting dan Ticketing.

2. Masalah Peran
Setiap karyawan bekerja sesuai dengan perannya dalam organisasi, artinya setiap karyawan mempunyai kelompok tugasnya yang harus ia lakukan sesuai dengan aturan- aturan yang ada dan sesuai dengan yang diharapkan atasannya. Sedangkan ketidakjelasan peran dapat dirasakan jika seseorang karyawan tidak memiliki cukup informasi untuk dapat melaksanakan tugasnya, atau tidak mengerti atau merealisasikan harapan-harapan yang berkaitan dengan peran tertentu. Adanya sumber-sumber stres kerja yang berkaitan dengan masalah peran (ketidakjelasan peran) tersebut di atas dapat mempengaruhi kinerja karyawan PT. Garuda Indonesia.

Berdasarkan hasil observasi dan informasi yang diperoleh bahwa   Masalah peran  di PT. Garuda Indonesia  telah mendapatkan uraian yang jelas, hal ini diungkapkan oleh Mba AT Divisi Ticketing (Rabu, 03/05/2017, 16:18) mengemukakan bahwa :
“Sangat-sangat jelas, jadi kita disini servicenya sudah up ya, kita ada pembagian diluar supervisor kita ada asisten supervisor, ada esquisy juga untuk kontroling, ada juga CSA semacam Customer service, ada travel konsultang juga, jadi masing-masing ada job nya”

Hal ini didukung oleh pendapat pak JK dalam Divisi Accounting (Kamis, 04/05/2017, 13:53) menjelaskan bahwa :
“Kalau di Garuda itu semuanya jelas, kita ada Job deskripsinya tiap-tiap fungsi ada, tugasnya apa, tanggung jawabnya apa dan sampai dimana, kapan targert itu akan tercapai, dan bagaimana hasilnya yang telah ditentukan dari pusat manajemen personalia, dan semua ada penelitiannya pada saat akhir tahun akan dinilai, kita mampu melihat apakah tugasnya tercapai atau belum, dari sini yang mencapai tugasnya dengan baik kita akan mendapat bonus, jadi semua harus jelas, tidak ada yang tidak jelas di Garuda"

Namun kadang-kadang pula karyawan PT. Garuda Indonesia mendapatkan tugas tambahan yang terkadang tidak diuraiankan atau terkadang saat karyawan telah pindah unit jadi otomatis pekerjaannya berbeda lagi. Namun dengan begitu karyawan mampu menyelesaikan sehingga pimpinan merasa senang dengan hasil kerja keras karyawan. Hal ini diuraikan oleh ibu SP Divisi General Affair (Rabu,03/05/2017, 15:53) menjelaskan bahwa :
“Kadang-kadang sih, sofware sih selama ini seperti pimpinan memberikan tugas yang kurang jelas tanpa menjelaskan apa-apa terkadang saat kita pindah unit, solusinya biasanya sih saya akan mencari tau sampai ke head office pun saya akan telfon, entah dari via email atau telpon saya akan cari tau proses sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang diberi, dan ketika saya dapat jawaban dari unit lain dan selesai saya akan mengklarifikasi lagi dengan pimpinan jadi harus sesuai dengan apa yang pimpinan inginkan, sehingga kerjakan selesai dan pimpinan merasa senang dengan hasil yang pimpinan inginkan"

Dan didukung oleh pak VL Divisi Reservasi (Kamis, 04/05/2017, 13:19) menjelaskan bahwa :
"Ya kadang-kadang jelas kadang-kadang pula tidak jelas, pekerjaan sehari-hari itu semua jelas, namun pekerjaan yang tidak jelas itu terkadang ada tugas tambahan atau disposisi dari atasan"

3. Faktor Interpersonal
Hubungan kerja antar karyawan menjadi salah satu hal penting untuk meningkatkan tingkat kepuasan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan. Hubungan atasan dan bawahan di perusahaan dapat berupa seberapa besar dukungan atau motivator yang diberikan pemimpin pada karyawan. Kemampuan pimpinan yang baik secara teknik maupun manajerial dalam memimpin karyawan sehingga nyaman bekerja. Perhatian pimpinan pada kinerja karyawan merupakan suatu penghargaan bagi karyawan

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tentang Faktor Interpersonal penulis menyimpulkan bahwa hubungan kerja sama dengan rekan / mitra kerja karyawan sangat bersahabat atau sangat baik untuk bekerja sama hal ini di ungkapkan oleh pak VL Divisi Reservasi (Kamis, 04/05/2017, 13:19) menjelaskan bahwa :
“sangat baik dan sangat akrab, cukup baik untuk koordinasi antar unit maupun lainnya, intinya baik-baik saja”
Didukung oleh pak JK dalam Divisi Accounting (Kamis, 04/05/2017, 13:53) menjelaskan bahwa :
”Ya saya senang bekerja, jadi alhamdulillah baik, saya pernah coba bekerja ditempat lain namun saya tidak mendapatkan suasana kerja seperti di Garuda jadi saya kembali lagi ke Garuda karena suasana kerja di Garuda itu yang paling bagus"

Karyawan PT. Garuda Indonesia mengganggap bahwa semua karyawan seperti layaknya saudara sendiri dan pimpinan adalah orang tua mereka sendiri hal ini diakui oleh Mba AT Divisi Ticketing (Rabu, 03/05/2017, 16:18) mengemukakan bahwa :
"kita sih selain rekan kerja ya teman jadi sudah kayak keluarga, apabila melihat teman susah pasti kita bantu jadi alhamdulillah baik”

Dan pemimpin di Garuda adalah pemimpin yang sudah terlatih dari awal dan bukan orang-oarang yang baru, walaupun karakter-karakter pimpinan-pimpinan berbeda namun karyawan tetap merasa senang dengan pimpinan mereka masng-masing. Hal ini diungkapkan oleh Mba AT Divisi Ticketing (Rabu, 03/05/2017, 16:18) mengemukakan bahwa :
"Balik lagi sama, pimpinan disini kita sudah menganggap  sebagai ibu sendiri mampu memberikan motivasi kekita selain mengarahkan kearah pekerjaan begitu”

Dan di dukung oleh pendapat pak JK dalam Divisi Accounting (Kamis, 04/05/2017, 13:53) menjelaskan bahwa :
"selama ini pimpinan-pimpinan disini masing-masing punya tipekal tersendiri, ada yang tegas, ada yang santai, ada yang disiplin semua berbeda-beda, pimpinan-pimpinan di Garuda sudah dilatih untuk menjadi pemimpin dan mempunyai mental yang baik, dan pimpinan-pimpinan Garuda bertahap tidak ada yang baru, mengerti dan terarah jadi enak kerja di Garuda"

4. Perkembangan Karir
Pengembangan karir merupakan pembangkit stres potensial yang mencakup promosi berlebih atau kurang dan ketidakpastian pekerjaan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara karyawan tentang Faktor Interpersonal  maka penulis mengambil kesimpulan bahwa selama ini rata-rata promosi jabatan telah mereka dapatkan selama mereka bekerja beberapa tahun di perusahaan PT. Garuda Indonesia, seperti pimpinan masing-masing divisi yang telah lama bekerja pada perusahaan PT. Garuda Indonesia  sepert ungkapkan oleh ibu SP Divisi General Affair (Rabu,03/05/2017, 15:53) menjelaskan bahwa :
"iya kalau soal promosi jabatan, lumayanlah, sepadanlah selama ini di Garuda sejak beberapa tahun bekerja di Garuda”

Hal ini juga didukung oleh pimpinan divisi Reservasi dan divisi Accounting. Namun ada juga yang belum tapi tanpa promosi jabatan karyawan tersebut masih betah dengan jabatannya. Seperti pada karyawan divisi Ticketing beliau mengaku belum mendapatkan promosi jabatan namun beliau tetap senang terhadap aktifias atau pekerjaan disetiap harinya.

5. Struktur Organisasi
Ini misalnya kurang melibatkan karyawan dalam proses mengambil keputusan, komunikasi yang kurang mencair atau kebijakan manajemen yang terlalu kejam (lack of family-friendly policies), yaitu hanya mementingkan faktor efisiensi dan mengabaikan faktor manusiawi.Adanya sumber-sumber stres yang berkaitan dengan struktur organisasi dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah lingkungan internal organisasi yang didalamnya terdapat aspek struktur organisasi. Jadi apabila salesman bekerja dalam sistem manajemen yang buruk dan struktur organisasi yang kaku maka dapat mengganggu kinerjanya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis menyimpulkan bahwa dalam struktur perusahaan PT. Garuda Indonesia sudah jelas, seperti halnya yang diungkapakan oleh pak JK dalam Divisi Accounting (Kamis, 04/05/2017, 13:53) menjelaskan bahwa :
"Tidak ada, struktur organisasi itu jelas, saya bisa membantu yang lain begitupun sebaliknya yang lain bisa membantu saya, tapi ada batasan sampai dimana dapat dibantu oleh karyawan lain, sepanjang bisa dibantu boleh yang jelas tidak masuk dalam bekerjaan intinya atau tanggung jawabnya, karena ada sistem rolling"

Hal ini didukung juga oleh pak VL Divisi Reservasi (Kamis, 04/05/2017, 13:19) menjelaskan bahwa :
"Saya rasa tidak, semuanya rapi dan bersahabat"

Selanjutnya dikatakan pula oleh Mba AT Divisi Ticketing (Rabu, 03/05/2017, 16:18) mengemukakan bahwa :
"Sejauh ini tidak, sejauh ini sangat-sangat bersahabat"

Sedangkan menurut ibu SP Divisi General Affair (Rabu,03/05/2017, 15:53) menjelaskan bahwa :
"Struktur organisasi sebenarnya sih di tetapkan oleh direktur kita di Jakarta, jadi kita sebagai karyawan siap melaksanakan apa yang telah ditetapkan, tapi untuk personalnya kadang ada yang tidak sesuai dengan porsinya, seperti contohnya adanya pengadaan sebenarnya jatuhnya ke General Affair  dlu tapi accounting mengambil ahli bekerja sendiri padahal seharusnya accounting bekerja dilingkup keuangan, ticketing, bajat-bajat Garuda dan lain-lain, jadi pasti ada satu kles nantinya, tapi itu bisa ditengahi oleh VP kita jadi bisa diklarifikassi dengan baik”

Struktur Organisasi PT. Garuda Indonesia Cabang Makassar sudah ditetapkan dari PT. Garuda Indonesia pusat Jakarta, namun terkadang ada yang meleset dari pekerjaan mereka. Tapi semua dapat teratasi dengan baik lagi karena semua ditengahi oleh VP (Vice President).

6. Tampilan Rumah-Pekerjaan
Tidak adanya dukungan sosial. Artinya, stres akan cendcrung muncul padapara karyawan yang tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka.Dukungan sosial di sini bisa berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan Maupun lingkungan keluarga. Banyak kasus menunjukkan bahwa, para karyawan yang mengalami stres kerja adalah mercka yang tidak mendapat dukungan (khususnya moril) dari keluarga, seperti orang tua, mertua, anak, teman dan semacamnya. Halini disebabkan oleh tidak adanya dukungan social yang menyebabkan ketidaknyamanan menjalankan pekerjaan dan tugasnya

Berdasarkan hasil observasi dan informasi yang diperoleh tentang tampilan antara rumah dan pekerjaan selama ini bertantangan dengan karyawan yang telah berkeluarga namun bisa terhandle seperti yang diungkapakan oleh ibu SP Divisi General Affair (Rabu,03/05/2017, 15:53) menjelaskan bahwa :
"Pernah sih, pada saat saya kerja di Jakarta semua baik-baik saja yang delapan jam berangkat pagi kita pulang malam seperti yang biasa-biasa dikantor, tapi ketika kita masuk di BO kecil di Makassar yang saya kerjakan porsinya harus lebih besar lagi hari ini masuk malam dan besoknya masuk malam lagi, sungguh amat sangat apalagi seorang ibu ya pasti terganggu banget, jadi agak sedikit mengganggu untuk kehidupan keluarga, so far masih bisa dihandle sih mungkin saya harus cari orang untuk handle orang, kadang waktu untuk keluarga disita oleh pekerjaan, kadang tidak tidur, untuk perempuan sih iya banget sangat bertentangan"

Selanjutnya didukung oleh pak JK dalam Divisi Accounting (Kamis, 04/05/2017, 13:53) menjelaskan bahwa :
"Kita pintar-pintarlah karena di keuangan itu banyak overtimenya, kerja sampai malam libur pun kadang masuk kerja, jadi kadang-kadang orang rumah apalagi jika punya anak kadang merasa tidak enak, jadi saya mencoba menyakinkan keluarga dan apabila ada waktu luang saya tidak pernah ngopi-ngopi dan sebagainya sendiri tapi saya meluangkan waktu dengan anak-anak jadi diimbangilah harus pintar-pintar"

Dan yang masih single masih senang-senang saja seperti halnya pendapat Mba AT Divisi Ticketing (Rabu, 03/05/2017, 16:18) mengemukakan bahwa : "Mungkin karena saya belum berkeluarga jadi saya masih oke-oke saja dengan waktu jadi masih bisa memanajemenkan waktunya"

Didukung oleh pendapat pak VL Divisi Reservasi (Kamis, 04/05/2017, 13:19) menjelaskan bahwa : "Tidak ada, karena mungkin belum berkeluarga ya"

Melihat hasil wawancara dan observasi yang penulis lakukan, maka penulis menyimpulkan bahwa karyawan yang telah berkeluarga awalnya cukup tergangganggu atau kadang-kadang terganggu dengan pekerjaan yang membuatnya harus jarang berada dirumah, namun dengan begitu semua dapat teratasi, semua tergantung pribadi masing-masing.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel